Tradisi Potong Jari Papua
Tradisi Potong Jari Papua. Tradisi tersebut dilakukan jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia. Kebanyakan dari mereka memeluk agama Kristen Protestan dengan tidak melepas kepercayaannya pada roh-roh orang yang sudah meninggal. Lewat kepercayaan tersebut, mereka masih melaksanakan ritual-ritual penghormatan terhadap roh leluhur yang meninggal dunia.
Bagi mereka, potong jari untuk menggambarkan rasa kehilangan atas kepergian anggota keluarga. Makna ritual potong jari dipercaya agar roh tetap mendiami rumah Honai sampai luka potongan itu sembuh. Selain itu, potong jari dianggap sebagai simbol bersedih hati ketika setelah ditinggalkan di dunia oleh orang terdekat, seperti ayah, ibu, adik atau kakak.
Tradisi Potong Jari, Mengerikan Tapi Penuh Makna
Tradisi yang disebut dengan Iki Palek tersebut dilakukan oleh Suku Dani di Lembah Baliem, Papua. Suku Dani sendiri merupakan suku yang mendiami Lembah Baliem di ketinggian sekitar 1.600 mdpl, dan terletak pada zona stratigrafi gugusan pegunungan tengah Irian Jaya, sebagai hasil dari fenomena proses geologi.
Keberadaan Suku Dani diketahui dari berbagai penelitian yang dilakukan sekitar tahun 1900-1940. Barulah pada tahun 1983 seorang bernama Richard Archbold pemimpin sebuah ekspedisi, bersentuhan langsung dengan Suku Dani. Bagi Suku Dani, jari diangggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan.
Selain itu, juga mnejadi lambang hidup bersama satu keluarga, marga, rumah, suku, nenek moyang, bahasa, sejarah, dan satu asal atau biasa disebut dengan “wene opakima dapulik welaikarek mekehasik”. Namun jika salah satu jari hilang akan mengurangi kebersamaan dan kekuatan. Kemudian bagi laki-laki, mereka memotong daun telinga menggunakan bilah bambu yang tajam.
Tradisi Potong Jari di Papua, Sebuah Simbol Kesetian yang Mendalam
Tradisi potong jari adalah ungkapan sedih sanak keluarga bagi Suku Dani. Karena dalam Suku Dani jari tangan melambangkan kerukuran, kebersatuan, dan kekuatan dari diri manusia. Adapun alat yang digunakan untuk memotong jari pun ternyata masih sederhana, yakni menggunakan kapak batu. Berbeda dengan pisau dapur yang tipis dan tajam, kapak batu lebih tumpul keras. Tradisi ini hanya dilakukan oleh Mama atau Wanita paruh baya Suku Dani. Diharapkan dengan tradisi ini anggota keluarga yang ditinggalkan juga bisa segera melupakan kesedihan pasca jari tangan sembuh, tidak bersedih terlalu lama atas sepeninggalannya.
Selain potong jari, di sini juga terdapat tradisi mengiris kulit telinga sebagai tanda duka para pria Suku Dani. Tak hanya sampai situ, untuk melengkapi momentum duka, biasanya juga diadakan ritual mandi lumpur sebagai lambang jika semua yang hidup pada akhirnya akan kembali ke tanah. Tak habis pikir memang jika melihat tradisi potong jari di Papua ini.
Berani Nyimak? Ini 3 Fakta Tradisi Potong Jari di Papua
VIVA Lifestyle – Indonesia terkenal sebagai negara yang memiliki ragam budaya dan tradisi. Salah satu Budaya dan tradisi yang mengerikan adalah tradisi potong jari di Papua, keberadaannya sangat terkenal di Indonesia. Ini merupakan salah satu tradisi dari salah satu suku di Indonesia yang hanya bisa ditemukan dan dilakukan oleh Suku Dani di Lembah Baliem, Papua.
Ternyata, tradisi potong jadi ini memiliki deretan fakta loh. Simak ulasan Viva kali ini yang dilansir dari berbagai sumber sebagai berikut.
Tradisi potong jari adalah ungkapan sedih sanak keluarga bagi Suku Dani. Inilah simbol rasa sakit dan pedih yang mereka rasakan.
Karena dalam Suku Dani jari tangan menguasai kerukuran, kebersatuan, dan kekuatan dari diri manusia. Alasan lainnya, karena hubungan antar jari tangan itu seperti keluarga, jika salah satu jari hilang maka akan ada yang kurang, tidak bisa apa-apa.
Iki Palek, Tradisi Potong Jari Sebagai Tanda Kehilangan dan Kesetiaan
Nationalgeographic.co.id - Setiap suku memiliki ritual tersendiri untuk menunjukkan rasa duka akibat kehilangan anggota keluarganya. Oleh sebab itu, saat kehilangan anggota keluarga, mereka akan segera memotong ruas jarinya.
Meskipun mayoritas wanita yang melakukan tradisi ini, tetapi pria juga ikut melakukannya sebagai bentuk kesedihan. Rasa sakit dari memotong jari dianggap mewakili hati dan jiwa yang tercabik-cabik karena kehilangan.
Selain itu, alasan mereka memutuskan untuk melakukan tradisi Iki Palek adalah karena jari dianggap sebagai simbol harmoni, persatuan, dan kekuatan. Terkadang, mereka mengikat jari dengan seutas tali selama beberapa waktu sampai aliran darah berhenti. Tradisi Iki Palek kini sudah mulai menghilang akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan agama.
Meski begitu, di antara anggota suku Dani masih bisa ditemui orang-orang tua yang telah kehilangan jari-jari sebagai bagian dari tadisi Iki Palek.
Tradisi Potong Jari dan Mandi Lumpur di Lembah Baliem, Papua
Fimela.com, Jakarta Hamparan koral warna-warni, air laut bersuhu hangat, belaian lembut angin, hijau belantara, serta kerut puncak berselimut salju adalah gambaran singkat untuk mendeskripsikan Papua. Tersohor sebagai rumah bagi sederet suku primitif, wilayah pedalaman Papua memang selalu menarik untuk dijelajah.
Ketika ingin mengungkapkan rasa sedih atas kehilangan sanak keluarga, warga suku Dani akan mewujudkannya dalam tradisi potong jari atau ikipalin. Karena bagi suku Dani, jari tangan melambangkan kerukunan, kebersatuan, dan kekuatan dalam diri manusia. Bukan tanpa maksud, ritual ini memberi makna bahwa setiap manusia yang meninggal akan kembali ke tanah.
Terlepas bagaimanapun filosofi yang terkandung did alamnya, beragam tradisi ini tentu menambah pesona Papua.